I Should’ve Just Enjoy The Moment

I should’ve just enjoy the moment,

If only i know what i knew today, i would.

No matter how hard i try to resist the memory

The day i dispise the way you made me feel

The day i told my self that’s the price of the dignity left in you

Will i still have it to this day?

I can still hear those words in my ear and wonder is it still matter?

But back then we don’t really know what life could be like

It’s like a childhood promise, most of the time it’s rotten

And too good to be true

Nobody Will Fight FOR You but YOU

WOW entah dari mana foto ini muncul kembali. Hari ini waktu sedang bersih-bersih folder downloads di laptop, foto ini muncul lagi.

Hingga kapanpun kamu buka halaman blog ini dan melihat foto itu Asiah, saya yakin kesan yang tertinggal akan sama. Kecuali kalau things gets better. Well, life don’t get easier after this day isn’t it?

It’s okay, dont regret it, nggak ada gunanya. Hidup terus berjalan, dan nggak akan ada yang berubah untuk kamu. Nggak akan ada yang bersedia berubah UNTUK kamu. Jadi, ya sudah, berjuang saja. Jangan menyerah. Only YOU fight for YOU. Period.

[30 Days Challenge] Live off of one food and drink for the rest of my life

Oh well, honestly the theme is boring i dont feel like writing it hahaha…

Karena nggak mungkin lah cuma makan satu jenis makanan selama sisa waktu hidup saya. Kalau satu jenis minuman sih mungkin saja. Saya akan pilih air putih. Bagaimana dengan kopi? duh gimana ya bisa hidup tanpa kopi? sehari dua hari sih oke, tapi selanjutnya? hidup akan terasa hampa nggak sih?

Kalau pertanyaannya adalah makanan apa yang kamu harap menjadi makanan terakhir mu? apa aja yang sehat-sehat deh. Bisa buah-buahan, atau makanan rumahan orang Korea atau Jepang. Honestly, saya tuh kepengin banget bisa makan makanan rumahan Korea dan Jepang setiap hari, lihat deh makanan rumahan mereka di dorama atau kdrama, balance semua gitu. Nggak cuma yang instant-instant atau yang santen dan berlemak-lemak semua.

Makanan rumahan orang Jepang

See? enak ya kayaknya perut kalau setiap hari makannya begini 😀

Kan, nggak bisa kan stick to the theme. Karena boring asli, coba deh apa sih jawaban yang benar dari pertanyaan: kalau kamu hanya bisa makan satu jenis makanan dan minuman seumur hidupmu, makanan dan minuman apakah itu? Jawabannya; MUSTAHIL, karena alasan dari kita bisa makan dan minum berbagai macam makanan dalam hidup ini adalah karena kita hidup di dunia yang sudah disediakan sedemikian rupa oleh ALLAH untuk bisa kita olah dan manfaatkan. Jadi hidup di dunia yang hanya memungkinkan kita makan satu jenis makanan dan minuman, itu dunia kayak apa?

Aduh, saya menyebalkan ya? iya nih, kenapa ya? >_<

I wish you a happy life, dear bestie. Everyday

Kemarin, salah satu sahabat saya berulang tahun. Saya mencatatnya secara manual di kalender ponsel saya. Sudah sejak lama saya matikan mode sync pada kalender ponsel. Jadi kalender ponsel saya tidak lagi menampilkan tanggal-tanggal penting (seperti ulang tahun, liburan nasional dan internasional, dll) yang tercatat di akun-akun social media saya, seperti facebook, instagram, dll. Mengapa demikian? well jadi begini..

Seiringi dengan pesatnya pertumbuhan teknologi, ada yang perlahan-lahan menjadi kerdil dan lemah di dalam tubuh kita. Misalnya, otak, otot tangan, bahkan juga hati. Misalnya, dulu waktu ponsel belum begitu populer dan menjadi kebutuhan primer seperti sekarang, saya bisa loh menghafal beberapa nomor telepon penting. Nomor telepon rumah sendiri, nomor telepon toko bapak, nomor telepon sepupu, nomor telepon gebetan (yang nggak pernah saya telepon sama sekali tentunya, cuma ya hafal aja), dan beberapa nomor telepon lainnya. You get the idea kan ya? Sekarang? bahkan nomor hape sendiri pun kadang lupa. Yang bahaya lagi, pin ATM yang cuma 6 digit itu, kadang juga lupa. Udah belanja segala rupa di supermarket, pas mau bayar, lupa pin sampai harus telepon suami dulu kan itu kronis >_<

Contoh lainnya, dulu saya bisa menulis cerpen berhalaman-halaman kertas folio bergaris, dengan ballpoint. Tulis tangan. kadang kecepatan imajinasi dengan kecepatan menulis bisa balapan. Di otak saya sudah menumpuk dengan ide tulisan, tapi tangan saya nggak bisa mengejar. Tapi saya tetap menulisnya dengan persisten. Suatu kali waktu SMA dulu, bahkan saya tempel karya itu di mading sekolah. Iya saya tempel sendiri, sebenernya sih caper aja sama di doi, berharap dia baca dan komentar. Nggak tuh nggak dibaca kayaknya. Kalau saya jadi dia, saya juga males sih bacanya. Ceritanya tentang seorang remaja yang dengan heroiknya melawan monster yang keluar dari lubang WC kamarnya. GROSSSS… JIJIK ASIAH!!

Sekarang? sudah dibuai dengan ponsel dan laptop, jemari saya lebih lihai memencet tuts dibanding mengayun ballpoint. Menulis satu resep masakan di buku resep pribadi saja, bagian tengah telapak tangan saya pegal bukan main. Ini nggak cuma saya kan ya yang mengalami?

Nggak cuma itu, banyak hal yang dulu sangat berarti menjadi hal yang berlalu begitu saja, dikerjakan dengan otomatis, tanpa sadar, seperti bot pada social media. Misalnya, melihat notifikasi ulang tahun seseorang pada laman facebooknya, kita dengan otomatis membuka laman muka facebooknya, mengucapkan selamat ulang tahun di kolom komentar. Semua itu dikerjakan secara otomatis kan? Iya nggak?

Dulu, kalau nggak deket-deket amat, kayaknya kita nggak akan tahu deh hari ulang tahun seseorang, boro-boro ngucapin. Jadi diucapkan selamat ulang tahun oleh orang-orang terdekat terasa spesial sekali. Apalagi yang sengaja nelepon tengah malem banget, tepat jam 00:00 di hari tersebut biar bisa jadi orang pertama yang ngucapin. Padahal di hari H nya, kita mungkin baru lahir di malam hari di tanggal tersebut. Jadi sebenarnya, jam 00:00, orangnya belum lahir hahaha…

Yah well, sepertinya saya hanya menolak tua saja kali ya? Semua perubahan pesat ini, belakangan mulai membuat saya sumpek. Saya jadi membatasi sekali penggunaan social media dalam keseharian saya. I just want to feel present. Karena kok semakin hari saya seperti melewati begitu banyak hal yang benar-benar ada dalam hidup saya. Saya tenggelam dalam realita orang lain. Menyimak begitu banyak informasi dari begitu banyak hidup orang lain, sampai terkadang lupa kalau saya pun punya hidup sendiri. Beruntung suami dan anak-anak saya belum merasa saya tinggalkan.

Tapi saya tetap menyayangi semua teman-teman dan saudara-saudara saya yang selama ini hanya bisa saya ketahui perkembangan hidupnya dari update social media mereka kok. Seperti sahabat saya yang kemarin berulang tahun. Ketika saya ucapkan selamat ulang tahun padanya via whatsapp, dia bilang, “Sebetulnya, W udah nggak ngerayain ulang tahun sejak 5 tahun yang lalu, jadi kadang lupa. Asiah masih inget aja, W seneng banget” (note: W itu inisal nama, bukan kependekan dari “gue” LOL). Walaupun sebenarnya ada kalender ponsel yang mengingatkan, setidaknya saya mencatatnya sendiri di sana. Bukan karena sebuah sistem menginginkan saya mengetahui hari ulang tahun seseorang.

Saya ingin, mengingat seseorang karena saya benar-benar mengingatnya, bukan karena sebuah aplikasi menampilkan dirinya, lalu saya jadi mengingatnya. Sekarang kalau tidak banyak orang mengingat saya karena tidak pernah muncul pada aplikasi yang mereka simak, tidak apa. Mungkin memang keberadaan saya tidak begitu penting dalam hidup mereka. Saya tetap ada kok di sini buat mereka. Di hati saya, mereka pun akan selalu ada. Untuk keluarga terdekat saya, kalian harus selalu mengingat saya, lah. Saya caper kan? setiap hari juga menuntut untuk diperhatikan, jadi jangan bilang kalian lupa sama saya. I’ll always haunt you, apalagi suami saya. Kamu nggak akan pernah meninggalkan saya, saya juga akan selalu ada di dekat kamu. You choose it by your self, kan? no turning back!! muahahahaha..

[30 Days Challenge] Day 9: Pet Peeve

pet peevepet aversion, or pet hate is a minor annoyance that an individual finds particularly irritating to them, to a greater degree than would be expected based on the experience of others. The phrase analogizes that feeling of annoyance as a pet animal that one does not wish to give up, despite its objective lack of importance.

From Wikipedia

Sudah lama denger istilah ini, tapi selalu bingung sama maknanya. Karena mau menulis postingan ini, ku search dulu lah contoh-contohnya, lalu menemukan satu hal ini, Pet peeve saya. OMG this kind of person really got on my nerves.

Okay, my bigest pet peeve is an iresponsible guy a.k.a scumbag a.k.a asshole.

Semakin bertambah usia, perhatian kita terhadap sesuatu tuh akan semakin meruncing sebetulnya. We will care less on the matter that used to make us going crazy *cough* romance, but put more attention to things that we used to be ignorant of. For example, about raising a family.

Okay, boleh cerita dulu sedikit, ya.

Bestari and Mas J

Jadi beberapa minggu yang lalu, saya dan kakak-kakak kesayangan dari Bestari kumpul kembali setelah beeeertahun-tahun kami nggak ketemu, dan hanya kontak via WAG saja. Kami kumpul di rumah pelatih vokal kami, Mas J, yang dulu sempat sering kami datangi untuk latihan vokal, persiapan untuk membuat album.

Seperti yang biasa dilakukan kalau sedang reunian begini, kita pasti ngobrolin masa lalu. Sampailah kami pada topik tentang anak. Salah satu anak Mas J (yang sudah beranjak remaja) tiba-tiba lewat di dekat kami, lalu Mas J memperkenalkannya kepada kami. Terus terang, saya nggak punya memori apapun tentang anak ini. Padahal waktu persiapan membuat album itu, anak ini sudah lahir.

Tapi Mbak Y tiba-tiba saja berkomentar “Oh, ini si *nama anak Mas J* yang waktu itu bla bla bla itu ya?”. Okay, saya terdiam dan berusaha untuk mencari memori tentang bla bla bla yang sedang dibahas Mbak Y ini.

Nggak ada.

Saya nggak inget sama sekali. Lalu Mbak Y dan Mas J asyik nostalgia ke masa-masa anak ini baru lahir dulu, yang tentu saja NIHIL di memori saya. Lalu saya pun nyeletuk “aku, nggak punya memori apapun tentang yang lagi dibahas ini, lho” 😦

Sejujurnya saya bingung banget kenapa hal ini bisa terjadi.

Lalu setelah merenunginya matang-matang, saya menarik kesimpulan kalau memang dulu saya nggak menganggap hal-hal seperti keluarga, anak, rumah tangga, adalah hal yang penting. Saat itu saya masih duduk di bangku SMA, sedangkan para kakak-kakak ini sudah berumah tangga dan bahkan punya anak. Dunia mereka berbeda sekali dengan dunia saya. Maka dari itu, banyak kejadian-kejadian yang luput dari ingatan saya, karena saat itu saya nggak merasa perlu merekamnya di memori saya.

Tapi sekarang, tentu saya adalah orang yang berbeda. Rumah tangga, anak, dan keluarga adalah hal paling penting dalam kehidupan saya. Hal-hal tersebut selalu merupakan topik utama dalam percakapan sehari-hari dengan teman-teman.

“Buibu, hari ini masak apa?”

“Eh, katanya si *anu* hamil lagi ya? anak ke berapa ya?”

“Aku kayaknya mau unschooling anak-anak deh, kayak kamu, ada referensi yang bisa aku baca-baca nggak?”

Well, things like that.

Yang dulu, mana ada sih jadi pusat perhatian saya. Dulu yang saya pikirin kan baru nilai pelajaran, sekolah, dan betapa membosankannya kehidupan remaja saya. LOL. Banyakan bengongnya daripada mikirnya. Tentu saja banyak hal yang hilang dari memori saya.

Begitupun tipe laki-laki, dulu yang saya tahu cuma yang ini ganteng yang itu nggak. Kenapa yang itu suka sama saya tapi yang lain (yang saya jatuh hati banget sampe klepek-klepek) boro-boro ngelirik. Nggak pernah saya duga, bahwa ada satu tipe laki-laki yang sekarang amat sangat saya benci. Yaitu laki-laki yang nggak bertanggung jawab. To the point that count as an asshole.

Belakangan saya banyak mendapati istri-istri curhat tentang suaminya yang suka hilang entah ke mana, boro-boro biayain kehidupan keluarga, lha pulang cuma buat “buang hasrat” trus ngilang lagi kayak kentut. ATAU yang sehari-hari ongkang-ongkang kaki di rumah, sedangkan istri banting tulang cari uang. Boro-boro bantuin beberes, lha anak kelaperan pun doi nggak peduli. Tipe-tipe yang merasa dirinya keturunan dewa, tak hanya menuntut dilayani, tapi patut disembah. Semua sabda adalah titah, tapi nggak sama sekali memberi anugerah. SUNGGUH MANUSIA SAMPAH.

Kalau semua yang di atas itu masih ditambah lagi sama hobi bentak sana bentak sini, tampol sana tampol sini. Wah rasanya pengin buang aja mereka itu ke liang lahat, hidup-hidup. Supaya nggak semakin banyak jadi hajat di dunia. Ngabis-ngabisin stok oksigen aja.

Okay, i need to breath. Hufff… >_<

Tentu yang patut disyukuri adalah, stok manusia sampah semacam itu di dunia ini nggak sebanyak yang sebaliknya, sih. Saya masih lebih banyak menyaksikan bapak-bapak kece yang sangat mencintai keluarganya. Tak hanya menyejahterakan anak dan istri, tapi juga mengayomi orang tua dan selalu ada di setiap momen sedih dan juga bahagia. Selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang dicintainya.

Dan TIDAK ya, itu semua TIDAK mudah. Nggak cukup hanya dengan ongkang-ongkang kaki saja. Jadi buat laki-laki di luar sana yang berpikir setelah menikah, kehidupannya akan menjadi seperti raja, dilayani permaisuri dan bergelimangan harta. Maaf kalau saya meruntuhkan angan angan kelamaan itu. Kecuali kalau kamu lahir dari keluarga bersendok emas, TIDAK, kamu tidak bisa santai-santai saja di rumah setiap hari my friend. Perempuan yang dulu kamu pinang itu berhak diayomi, berhak diberikan nafkah, berhak dilindungi. Mereka bukan pembantu, mereka bukan robot, atau bahkan mesin penghasil uang. Kalau mereka bisa cari uang di sela-sela kesibukan mendampingi kamu berumah tangga, itu adalah sebuah rezeki lebih untuknya. Tapi kamu, tetap harus kerja, provide them a good life. Because that is your responsibility.

Ya ALLAH jauhkanlah hamba, keluarga hamba, anak keturunan hamba dari orang-orang yang dzolim dan tidak bertanggung jawab. Lindungi kami dari orang-orang semacam itu, ya ALLAH.

Aamiiin yaa robbal ‘alamiiin

Nnote: yang berniat untuk protes; Tapi kan nggak cuma laki-laki yang kayak begitu. Ada juga kok perempuan yang kelakuannya kayak sampah. Well, save it! kita kan lagi bahasa pet peeve saya, kalau mau protes, do make your own post 😉