The Expendables

Once upon a time di sebuah rumah besar dengan taman seluas satu hektar dengan kolam renang di bagian belakang rumah, terlihat sekelompok bapak-bapak yang sedang duduk di pinggiran kolam dan bercengkrama dengan akrabnya. Sesekali terdengar suara tawa berderai setelah salah satu dari mereka melemparkan sebuah lelucon.

Lalu setelah percakapan dan lelucon basa basi yang terjadi kurang lebih setengah jam, si tuan rumah kemudian mulai menerangkan maksudnya mengundang para teman-temannya itu.

“Eh maksud gue ngundang lo semua ke sini tuh mau ngajakin main film baru. Lo tau kan kita udah pada tua nih ya, udah nggak ada lagi orang yang minat pake kita buat film mereka. Kemaren gue ditawarin main OVJ tuh sama orang Indonesia, yang bener aje.. sejak kapan Rambo main komedi toyor-toyoran kayak begitu. Makanya daripada makin aneh aja tawaran-tawaran yang masuk kenapa kagak kita bikin aja yak film sendiri” kata si tuan rumah, mister Stallone.

“Bole juga tuh ide lu, kemaren gue malah ditawarin maen sinetron Cinta Pitri jadi teroris gitu nyang nyulik si Pitri bawa ke Hollywood. Gile aje..” celetuk salah satu dari mereka yang terlihat paling muda.

“Jadi gimana ceritanya?” tanya yang paling pendek.

Lalu masing-masing dari mereka mengeluarkan semua ide yang terlintas dalam benak mereka. Perlahan demi perlahan mulailah terbentuk satu cerita baru yang tak lain adalah sebuah montage dari film-film mereka terdahulu. Di tengah perbincangan, datanglah salah satu teman mereka yang bernama Arnold dan Bruce. Keduanya langsung ditodong untuk ikut andil dan dipaksa pasrah untuk dijadikan lelucon. Singkat cerita akhirnya mereka mengajukan script film itu kepada produser yang kembali mereka todong dengan pistol. Mau ndak mau film itu diproduksi, dan terpampanglah poster pembohongan publik itu di bioskop-bioskop dunia: THE EXPENDABLES…

–oOo—

Baiklaaaaahhhhh…. yang di atas tadi Cuma karangan saya aja. Tapi jujur, memang adegan seperti yang di atas tadi yang terlintas di benak saya setelah menonton film dengan cast yang terlihat luar biasa di dalam posternya tersebut. Dan ini secara tidak langsung membenarkan anggapan teman saya yang berpendapat bahwa film dengan menampilkan pemain besar bertubi-tubi biasanya memiliki kualitas cerita yang nihil. Jujur saja ketika membaca pendapat itu pada percakapan bbm groups, terbesit sebuah harapan film ini bisa mematahkan teorinya tersebut. Sorry to say harapan saya itu tak terkabulkan oleh film ini.

The Expendables

Cast: Stallone, Statham, Li, Lundgren, Couture, Austin, Crews, Rourke, Willis (at least that who you can see on the poster)

Director: Sylvester Stallone (no wonder)

Screenplay: Dave Callaham, Sylvester Stallone (yeah rite dia lagi)

Okaayy… sekarang saya sangat mengerti kenapa film ini bisa menjadi begitu Sylvester Stallone. Jujur saya nggak pernah suka dengan film-film bapak Stallone, terlalu mengada-ada dan terlalu dipaksakan untuk menjadikan si pemeran utamanya satu-satunya pahlawan dalam layar. Dan itulah yang saya dapatkan sepanjang film ini. Sound dan ledakan yang berlebihan, aksi Stallone dengan raut muka yang begitu-begitu saja, simak saja ekspresinya di Rambo, Rocky dan film lainnya. Muka pongah yang sok bukan siapa-siapa tapi sok pengen menonjol juga, nggak ngerti lah apa mau dia. Ditambah joke-joke yang bikin saya tertawa meringis saking maksanya, dan saya beneran tertawa geli pada adegan Stallone dan Statham menyiram percikan bensin ke sebuah dermaga lalu menembaknya dengan sebuah amunisi lalu ledakan dermaga itu begitu extravaganza nya sehingga saya berpositif thinking kalau amunisi yang ditembakkan tersebut sebenarnya adalah bom atom.

Semua orang (atau beberapa orang deh ya) tahu kalau di tengah film saya mengeluarkan bb dan mengetik sesuatu, salah satu alasannya mungkin karena saya tak begitu menikmati filmnya. Kemarin saat menonton film ini saya bahkan meng-update status twitter saya dengan lugas dan jelas.

Saya menguap beberapa kali dan mengeluh berkali-kali pada pacar yang begitu sabarnya cuma senyum-senyum saja mendengarkan omelan saya. Yah well saya Cuma bisa pesan sama bapak Stallone, kalau memang udah waktunya pensiun mbok ya nrimo aja. Atau kalau memang masih mau nampang di depan layar, menerima tawaran main di OVJ atau Cinta Pitri sepertinya pilihan yang cukup mumpuni. Setidaknya masih ada ibu-ibu yang amat sangat menantikan episode demi episodenya. Tapi plis deh nonton di bioskop itu kudu bayar, jadi jangan melakukan pembodohan di poster film gitu donk Pak, Oom Willis bahkan cuma muncul berapa detik doang di film ini. Uang jajan saya kan jadi abis.

So readers.. seperti biasanya, keputusan untuk menonton atau tidak menonton film ini  mutlak saya serahkan kepada kalian semua.

Oh iya lupa, film ini ceritanya tentang sekelompok orang (semacam preman ) yang sering diminta CIA untuk melakukan sebuah misi terselubung. Kelompok ini diketuai oleh Oom Stallone yang di sana bernama Barney (bukan Stinson). Suatu kali mereka mendapat misi untuk membebaskan sebuah daerah dari teroris dan di sana Barney bertemu dengan seorang perempuan yang ternyata anak pemimpin terorisnya dan of course Barney jatuh cinta pada pandangan pertama. Sepertinya ceritanya begitu, atau nggak ya? Manalah saya tau saya nggak nyimak *sweet smile*

cherios,

bee

Categories Uncategorized

7 thoughts on “The Expendables

  1. Film terkeren yang pernah saya lihat pada hari Itu…
    Berhubung saya cuma liat Satu film saja pada hari Itu, yah you know lah what I mean… :p

    Funny review… Ditulis juga reka ulang niatan produksi awal film ini… Hehehe.

    Untung aja “oops moment” nya gak dibeberkan, thanks yah dah nemenin nonton film aneh bin ajaib ini.
    Untung (lagi) waktu Itu kita ndak jadi nonton ama Nisah, bisa nangis2 sesenggukan dia nonton film romantic drama ini.

    Overall film ini saya kasih nilai 10 out of 10 (thousand)

    Enjoi

  2. menurut gue gak kaya gitu,dikira mudah apa bikin film action. apalagi menggabungkan beberapa karakter aktor laga kedalam satu film. ini film yang menarik,baru sekuel pertama dan yang kedua lebih menarik

Leave a reply to sittyasiah Cancel reply